Kamis, 12 April 2012

PROSES PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS ANAK




1.       Dimensi-dimensi perkembangan anak—fisik, sosial, emosi, kognitif, dan spiritual—berhubungan erat satu sama lain. Perubahan dalam satu dimensi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh dimensi lain. Perkembangan dalam satu dimensi dapat membatasi atau memfasilitasi perkembangan pada dimensi-dimensi lainnya (Sroufe, Cooper, & DeHart 1992; Kostelnik, Soderman, & Whiren 1993).
2.      Perkembangan anak berlangsung dalam sebuah tahapan yang relatif teratur di mana kemampuan-kemampuan, keterampilan-keterampilan, dan pengetahuan-pengetahuan lanjut anak terbangun atas kemampuan-kemampuan, keterampilan-keterampilan, dan pengetahuan-pengetahuan anak sebelumnya.
3.      Perolehan perkembangan bervariasi untuk setiap anak, termasuk untuk keberfungsian semua dimensi perkembangan dalam diri anak. Keragaman individual paling tidak dalam dua makna : keragaman dari rata-rata/normatif arah perkembangan dan keunikan setiap anak sebagai individu (Sroufe, Cooper, & DeHart 1992).
Setiap anak adalah seorang pribadi unik dengan pola dan waktu pertumbuhan bersifat individual, sebagaimana halnya untuk kepribadian, temperamen, gaya belajar, latar belakang dan pengalaman keluarga. Semua anak memiliki kelebihan, kebutuhan-kebutuhan, dan minat-minat masing-masing; sejumlah mungkin memiliki kebutuhan belajar dan perkembangan yang khusus. Pemahaman tentang keragaman yang luas bahkan pada anak-anak usia kronologis (usia yang dihitung sejak anak lahir) yang sama, hendaknya mengantarkan kita pada kesadaran bahwa usia anak hanyalah sebuah gambaran kasar untuk kemasakan perkembangan anak.
4.      Pengalaman-pengalaman awal memberikan pengaruh yang bersifat kumulatif maupun tertunda terhadap perkembangan anak; ada periode-periode optimal untuk jenis-jenis perkembangan dan belajar tertentu. Pengalaman-pengalaman awal anak, baik positif atau negatif, bersifat kumulatif dalam arti bahwa jika sebuah pengalaman frekuensi kejadiannya jarang, maka hal tersebut juga memiliki pengaruh minimal. Jika pengalaman-pengalaman positif atau negatif sering terjadi, mereka memberikan dampak yang sangat kuat, lama, dan bahkan memiliki dampak seperti bola salju (Katz & Chard 1989; Kostelnik, Soderman, & Whiren 1993; Wieder & Greenspan 1993).
5.      Perkembangan berjalan dalam arah yang dapat diprediksikan menuju sebuah kondisi yang lebih kompleks, lebih terorganisasi, dan lebih terinternalisasi. Belajar selama periode anak usia dini berlangsung dari pengetahuan yang berbentuk perilaku menuju pengetahuan yang berbentuk simbolik (Bruner 1983).
6.      Perkembangan dan belajar terjadi dalam dan dipengaruhi oleh kontek social cultural yang majemuk. Bronfenbrenner (1979, 1989, 1993) menyediakan sebuah model ekologis untuk memahami perkembangan manusia. Bronfenbrenner menjelaskan bahwa perkembangan anak paling baik dipahami dalam kontek keluarga, setting pendidikan, komunitas, dan masyarakat yang lebih luas. Kontek-kontek yang beragam ini berhubungan satu sama lain dan semuanya memiliki pengaruh terhadap anak yang sedang berkembang. Sebagai contoh, bahkan seorang anak diasuh dalam keluarga yang mencintai dan mendukungnya, komunitas yang sehat dipengaruhi oleh bias-bias masyarakat yang lebih luas, seperti rasisme atau seksisme, dan kemungkinan memperlihatkan pengaruh negatif dari stereotif negative dan diskriminasi.
7.      Anak-anak adalah pembelajar aktif, mengalami langsung pengalaman fisik dan sosial sebagaimana halnya pengetahuan yang ditransmisikan secara kultural untuk menyusun pemahaman-pemahaman mereka sendiri tentang dunia yang ada di sekitar mereka. Anak-anak memiliki kontribusi terhadap perkembangan dan belajar mereka sendiri sebagaimana halnya mereka berusaha untuk menanggapi pengalaman-pengalaman harian mereka di rumah, program usia dini dan komunitas. Prinsip-prinsip dari praktek yang sesuai dengan tahapan perkembangan didasarkan pada teori-teori dominan yang memandang bahwa perkembangan intelektual dari sebuah perspektif konstruktivis-interaktif (Dewey 1916; Piaget 1952; Vygotsky 1978; DeVries & Kohlberg 1990; Rogoff
8.      Perkembangan dan belajar merupakan hasil interaksi antara maturasi biologis dan lingkungan, baik fisik maupun sosial, di mana anak-anak tinggal di dalamnya. Prinsip ini menunjukkan bahwa manusia merupakan produk hereditas (biologis) dan lingkungan dan kedua kekuatan ini berhubungan satu sama lain.
9.      Bermain merupakan sebuah instrumen penting bagi perkembangan sosial, emosional, dan kognitif anak-anak, juga sebagai sebuah refleksi atas perkembangan mereka. Memahami bahwa anak adalah konstruktor-konstruktor aktif atas pengetahuan yang dimiliki dan bahwa perkembangan dan belajar sebagai hasil proses interaktif, para guru anak usia dini mengakui bahwa bermain bagi anak merupakan sebuh kontek yang sangat mendukung untuk proses-proses perkembangan tersebut (Piaget 1952; Fein 1981; Bergen 1988; Smilansky & Shefatya 1990; Fromberg 1992; Berk & Winsler 1995).
Bermain memberi anak-anak kesempatan-kesempatan untuk memahami dunia, berinteraksi dengan orang lain dalam cara-cara yang secara sosial diterima, mengekspresikan dan mengontrol emosi-emosi, dan mengembangkan kapabilitas-kapabilitas simbolik mereka. Permainan anak memberi orang-orang dewasa pencerahan-pencerahan atas perkembangan anak-anak dan kesempatan-kesempatan untuk mendukung pengembangan strategi-strategi baru. Vygotsky (1978) meyakini bahwa bermain mengarahkan perkembangan, sebagai contoh, permainan simbolik dapat mempromosikan perkembangan abilitas-abilitas representasi simbolik.
10.    Perkembangan tingkat lanjut dicapai ketika anak-anak memiliki kesempatan-kesempatan untuk mempraktekkan keterampilan-keterampilan yang baru dikuasai, sebagaimana juga mereka mengalami sebuah tantangan dalam level di atas penguasaan mereka sekarang ini. Penelitian-penelitian mendemonstrasikan bahwa anak-anak perlu untuk mampu menegosiasikan sebagian besar tugas-tugas belajar dengan sukses untuk memelihara motivasi dan keteguhan mereka (Lary 1990; Brophy 1992). Dihadapkan pada kegagalan yang berulang, kebanyakan anak-anak berhenti untuk mencoba. Implikasinya adalah bahwa pada sebagian besar waktu para guru seharusnya menyediakan anak-anak dengan tugas-tugas yang dengan usaha-usahanya mereka dapat menyelesaikan dan mempresentasikannya sesuai dengan tingkat pemahaman mereka.
11.     Anak-anak menunjukkan cara-cara yang berbeda dalam mengetahui dan belajar, dan cara-cara yang berbeda dalam merepresentasikan apa yang mereka ketahui. Pada kurun waktu tertentu, para teoritisi belajar dan ahli psikologi perkembangan telah mengakui bahwa manusia terlahir untuk memahami dunia dalam cara-cara yang beragam dan bahwa setiap individu cenderung memiliki preferensi atau model belajar tertentu. Studi-studi perbedaan dalam modalitas belajar telah menemukan hal yang kontras antara pembelajar visual, auditori, atau taktil. Sementara karya yang lain telah mengidentifikasi jenis pembelajar mandiri atau dependen (Witkin 1962).
12.    Anak-anak berkembang dan belajar dengan sangat baik dalam kontek sebuah komunitas di mana mereka aman dan dihargai, kebutuhan-kebutuhan fisik mereka terpenuhi, dan mereka merasa secara psikologis aman. Maslow (1954) mengkonseptualisasikan sebuah hierarki kebutuhan-kebutuhan dimana belajar tidak mungkin terjadi kecuali kebutuhan-kebutuhan fisiologis dan psikologis untuk aman terpenuhi lebih dahulu. Karena keamanan dan kesehatan fisik sekarang-sekarang ini seringkali terancam, program-program untuk anak usia dini harusnya bukan hanya menyediakan nutrisi, keamanan, dan kesehatan yang adekuat tapi juga pastikan layanan-layanan yang lebih komprehensif, seperti fisik, gigi, kesehatan mental, sosial (NASBE 1991; U.S. Department of Health & Human Services 1996).

Aspek-aspek perkembangan anak
Perkembangan Fisik (Motorik)
Perkembangan fisik (motorik) merupakan proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Setiap gerakan yang dilakukan anak merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.
Perkembangan fisik (motorik) meliputi perkembangan motorik kasar dan motorik halus.
1.       Perkembangan motorik kasar
Kemampuan anak untuk duduk, berlari, dan melompat termasuk contoh perkembangan motorik kasar. Otot-otot besar dan sebagian atau seluruh anggota tubuh digunakan oleh anak untuk melakukan gerakan tubuh.
Perkembangan motorik kasar dipengaruhi oleh proses kematangan anak. Karena proses kematangan setiap anak berbeda, maka laju perkembangan seorang anak bisa saja berbeda dengan anak lainnya.
2.      Perkembangan motorik halus
Adapun perkembangan motorik halus merupakan perkembangan gerakan anak yang menggunakan otot-otot kecil atau sebagian anggota tubuh tertentu.
Perkembangan pada aspek ini dipengaruhi oleh kesempatan anak untuk belajar dan berlatih. Kemampuan menulis, menggunting, dan menyusun balok termasuk contoh gerakan motorik halus.
Perkembangan Emosi
Perkembangan pada aspek ini meliputi kemampuan anak untuk mencintai; merasa nyaman, berani, gembira, takut, dan marah; serta bentuk-bentuk emosi lainnya. Pada aspek ini, anak sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan orangtua dan orang-orang di sekitarnya.
Emosi yang berkembang akan sesuai dengan impuls emosi yang diterimanya. Misalnya, jika anak mendapatkan curahan kasih sayang, mereka akan belajar untuk menyayangi.
Perkembangan Kognitif
Pada aspek koginitif, perkembangan anak nampak pada kemampuannya dalam menerima, mengolah, dan memahami informasi-informasi yang sampai kepadanya. Kemampuan kognitif berkaitan dengan perkembangan berbahasa (bahasa lisan maupun isyarat), memahami kata, dan berbicara.
Perkembangan Psikososial
Aspek psikososial berkaitan dengan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Misalnya, kemampuan anak untuk menyapa dan bermain bersama teman-teman sebayanya.
Dengan mengetahui aspek-aspek perkembangan anak, orangtua dan pendidik bisa merancang dan memberikan rangsangan serta latihan agar keempat aspek tersebut berkembang secara seimbang.
Rangsangan atau latihan tidak bisa terfokus hanya pada satu atau sebagian aspek. Tentunya, rangsangan dan latihan tersebut diberikan dengan tetap memerhatikan kesiapan anak, bukan dengan paksaan.

Psikologi Pendidikan dan Guru
Secara etimologis, psikologi berasal dari kata “psyche” yang berarti jiwa atau nafas hidup, dan “logos” atau ilmu. Dilihat dari arti kata tersebut seolah-olah psikologi merupakan ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Jika kita mengacu pada salah satu syarat ilmu yakni adanya obyek yang dipelajari, maka tidaklah tepat jika kita mengartikan psikologi sebagai ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa, karena jiwa merupakan sesuatu yang bersifat abstrak dan tidak bisa diamati secara langsung.
Berkenaan dengan obyek psikologi ini, maka yang paling mungkin untuk diamati dan dikaji adalah manifestasi dari jiwa itu sendiri yakni dalam bentuk perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan demikian, psikologi kiranya dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Psikologi terbagi ke dalam dua bagian yaitu psikologi umum (general phsychology) yang mengkaji perilaku pada umumnya dan psikologi khusus yang mengkaji perilaku individu dalam situasi khusus, diantaranya :
* Psikologi Perkembangan; mengkaji perilaku individu yang berada dalam proses perkembangan mulai dari masa konsepsi sampai dengan akhir hayat.
* Psikologi Kepribadian; mengkaji perilaku individu khusus dilihat dari aspek – aspek kepribadiannya.
* Psikologi Klinis; mengkaji perilaku individu untuk keperluan penyembuhan (klinis)
* Psikologi Abnormal; mengkaji perilaku individu yang tergolong abnormal.
* Psikologi Industri; mengkaji perilaku individu dalam kaitannya dengan dunia industri.
* Psikologi Pendidikan; mengkaji perilaku individu dalam situasi pendidikan
Disamping jenis – jenis psikologi yang disebutkan di atas, masih terdapat berbagai jenis psikologi lainnya, bahkan sangat mungkin ke depannya akan semakin terus berkembang, sejalan dengan perkembangan kehidupan yang semakin dinamis dan kompleks.
Psikologi pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu ilmu karena didalamnya telah memiliki kriteria persyaratan suatu ilmu, yakni :
* Ontologis; obyek dari psikologi pendidikan adalah perilaku-perilaku individu yang terlibat langsung maupun tidak langsung dengan pendidikan, seperti peserta didik, pendidik, administrator, orang tua peserta didik dan masyarakat pendidikan.
* Epistemologis; teori-teori, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan dalil – dalil psikologi pendidikan dihasilkan berdasarkan upaya sistematis melalui berbagai studi longitudinal maupun studi cross sectional, baik secara pendekatan kualitatif maupun pendekatan kuantitatif.
* Aksiologis; manfaat dari psikologi pendidikan terutama sekali berkenaan dengan pencapaian efisiensi dan efektivitas proses pendidikan.
Dengan demikian, psikologi pendidikan dapat diartikan sebagai salah satu cabang psikologi yang secara khusus mengkaji perilaku individu dalam konteks situasi pendidikan dengan tujuan untuk menemukan berbagai fakta, generalisasi dan teori-teori psikologi berkaitan dengan pendidikan, yang diperoleh melalui metode ilmiah tertentu, dalam rangka pencapaian efektivitas proses pendidikan.
Pendidikan memang tidak bisa dilepaskan dari psikologi. Sumbangsih psikologi terhadap pendidikan sangatlah besar. Kegiatan pendidikan, khususnya pada pendidikan formal, seperti pengembangan kurikulum, Proses Belajar Mengajar, sistem evaluasi, dan layanan Bimbingan dan Konseling merupakan beberapa kegiatan utama dalam pendidikan yang di dalamnya tidak bisa dilepaskan dari psikologi.
Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang di dalamnya melibatkan banyak orang, diantaranya peserta didik, pendidik, adminsitrator, masyarakat dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu, agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka setiap orang yang terlibat dalam pendidikan tersebut seyogyanya dapat memahami tentang perilaku individu sekaligus dapat menunjukkan perilakunya secara efektif.
Guru dalam menjalankan perannya sebagai pembimbing, pendidik dan pelatih bagi para peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya,–terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya–, sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.
Di sinilah arti penting Psikologi Pendidikan bagi guru. Penguasaan guru tentang psikologi pendidikan merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru, yakni kompetensi pedagogik. Muhibbin Syah (2003) mengatakan bahwa “diantara pengetahuan-pengetahuan yang perlu dikuasai guru dan calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar peserta didik”
A. Perkembangan Emosi Pada Anak

1. Pengertian Emosi
Emosi adalah Suatu keadaan yang kompleksi dapat berupa perasaan / pikiran yang di tandai oleh perubahan biologis yang muncul dari perilaku seseorang. Menurut para ahli Pengertian Emosi :
Ø  Menurut Goleman Bahasa “emosi” merujuk pada suatu perasaan atau pikiran. Pikirin khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis serta rangkaian kecenderungan untuk bertindak”.
Ø  Menurut Syamsuddin Mengemukakan“emosi”merupakan suatu suasana yang komplek dan getaran jiwa yang meyertai atau muncul sebelum atau sesudah terjadinya suatu perilaku. 

2. Fungsi Emosi
Fungsi dan peranan emosi pada perkembangan anak yang dimaksud adalah :
Ø Merupakan bentuk komunikasi.
Ø Emosi berperan dalam mempengaruhi kepribadian dan penyesuaian diri anak dengan lingkungan sosialnya.
Ø Emosi dapat mempengaruhi iklim psikologis lingkungan.
Ø Tingkah laku yang sama dan ditampilkan secara berulang dapat menjadi satu kebiasaan.
Ø Ketegangan emosi yang di miliki anak dapat menghambat aktivitas motorik dan mental anak.

3. Jenis Emosi
Menurut Stewart mengutarakan perasaan senang, marah, takut dan sedih sebagai basic emotions.
Ø  Senang (gembira) Pada umumnya perasaan gembira dan senang diekspresikan dengan tersenyum(tertawa). Pada perasaan gembira ini juga ada dalam aktivitas pada saat menemukan sesuatu, mencapai kemenangan.
Ø  Marah Emosi, marah dapat terjadi pada saat individu merasa terhambat, frustasi karena apa yang hendak di capai itu tidak dapat tercapai.
Ø  Takut Perasaan takut merupakan bentuk emosi yang menunjukkan adanya bahaya.
Ø  Sedih. Dalam kehidupan sehari–hari anak akan merasa sedih pada saat ia berpisah dari yang lainnya..

4. Karakteristik Perkembangan Emosi Anak Usia taman Kanak-Kanak
Pada masa awal kanak-kanak fase ini merupakan saat ketidakseimbangan dimana anak mudah terbawa ledakan-ledakan emosional sehingga sulit di bombing diarahkan.- Menurut Hurlock perkembangan emosi ini mencolok pada anak usia 2,5 thn - 3,5 thn dan 5,5 thn -6,5 thn.

5. Ciri Utama Reaksi Emosi Pada Anak- Karakteristik reaksi emosi
1.    Reaksi emosi anak sangat kuat Dalam hal kekuatan, makin bertambahnya usia anak, dan semakin bertambah matangnya emosi anak maka anak akan semakin terampil dalam memilih dan milih kadar keterlibatan emosionalnya.
2.   Reaksi emosi sering kali muncul pada setiap peristiwa dengan cara yang di inginkannya. Bagi anak usia 4-5 tahun dalam hal ini tidak dapat diterima oleh lingkungannya. Semakin emosi anak berkembang menuju kematangannya maka mereka akan belajar untuk mengontrol diri dan memperlibatkan reaksi emosi dengan cara yang dapat di terima lingkungan.
3.   Reaksi emosi anak mudah berubah dari satu kondisi ke kondisi lain
4.   Reaksi emosi bersifat individual.
5.   Keadaan anak dapat dikenali melalui gejala tingkah laku yang ditampilkan.

6. Bentuk Reaksi Emosi
Pada Anak- Bentuk reaksi emosi yang dimiliki anak sama dengan orang dewasa. Perbedaannya hanya terletak pada penyebab tercetusnya reaksi emosi dan cara untuk mengekspresikan. Adapun beberapa bentuk emosi umum terjadi pada awal masa kanak -kanak yang di kemukakan oleh Hurlock adalah :
A.     Amarah. Marah sering terjadi sebagai reaksi terhadap frustasi, sakit hati dan merasa terancam. Menurut Hurlock reaksi marah pada umumnya biasa di bedakan menjadi 2 kategori besar yaitu :
a. Marah yang implusif ( agresi )
b. Marah yang terhambat ( dikendalikan / ditahan )
B.      Takut. Reaksi takut sering diperlihatkan dengan gejala fisik yaitu : mata membelalak, menangis, sembunyi, atau memegang orang, diam tidak bergerak. Menurut Hurlock berkenaan dengan rasa takut ia mengemukakan adanya reaksi emosi yang berdekatan dengan reaksi takut, yaitu shyness atau rasa malu , embarrass ment.
§  Shyness atau malu adalah reaksi takut yang ditandai dengan rasa segan berjumpa dengan orang yang di anggap asing.
§  Embarras ment ( merasa sulit, tidak mampu, atau malu melakukan sesuatu ) merupakan reaksi takut akan penilaian orang lain pada dirinya.
C.      Khawatir. Khawatir timbul disebabkan oleh rasa takut yang dibentuk oleh pikiran anak sendirid. Anciety ( cemas ) adalah perasaan takut sesuatu yang tisak jelas dan dirasakan oleh anak sendiri karena sifatnya subjektif.
D.      Cemburu. Adalah reaksi normal terhadap hilangnya kasih sayang. Menurut Hurlock reaksi ini meliputi pengunduran diri kearah bentuk perilaku yang infantile seperti : mengompol, mengisap jempol, makanan yang aneh-aneh, kenakalan yang umum, perilaku merusak.
E.      Ingin Tahu. Rasa ingin tahu yang besar merupakan perilaku khas anak prasekolah.
F.      Iri hati. Iri hati pada saat anak merasa tidak memperoleh perhatian yang di harapkan.
G.      Senang Adalah emosi yang menyenangkan.
H.     Sedih. Perasaan sedih adalah emosi yang sangat menyedihkan.
I.      Kasih sayang. Adalah emosi positif yang sangat penting keberadaannya menjadi dari berbagai macam perilaku emosi dan kepribadian yang sehaT

B. Intervensi
Ø  Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak
Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak adalah kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra-sekolah. Deteksi perlu dilakukan secara dini sebab semakin dini ditemukan penyimpangannya maka semakin mudah dilakukan intervensi untuk perbaikannya, selain itu tenaga kesehatn mempunyai waktu dalam menyusun rencana tindakan/intervensi yang tepat. Bila penyimpangan terlambat diketahui maka intervensi untuk perbaikannya lebih sulit dilakukan.
Ada 3 macam deteksi dini tumbuh kembang anak:
1.       Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, untuk mengetahui status gizi anak, misal: gizi kurang, gizi buruk, gizi berlebih, dll.
2.      Deteksi dini penyimpangan perkembangan, untuk mengetahui adanya gangguan perkembangan anak, misal: gangguan bicara, gangguan daya dengar, gangguan daya lihat, dll.
3.      Deteksi dini penyimpangan mental emosional, untuk mengetahui adanya masalah mental emosional, autisme, gangguan pemusatan perhatian, hiperaktifitas, dll.
Ø  Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak
Tujuan intervensi dini untuk memperbaiki dan mengatasi masalah penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan anak. Waktu yang tepat untuk melakukan intervensi dini adalah sesegera mungkin setelah diketahui anak memiliki penyimpangan tumbuh kembang karena waktu terbaik adalah ketika anak belum berusia lima tahun. Seperti telah dikemukakan di atas bahwa masa lima tahun pertama kehidupan anak (balita) merupakan "Masa Keemasan (golden period) atau Jendela Kesempatan (window opportunity), atau Masa Kritis (critical period)", maka periode itu harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk memperbaiki penyimpangan.
Ø  Rujukan Dini Tumbuh Kembang Anak
Bila masalah penyimpangan tumbuh kembang anak tidak dapat diatasi di tingkat keluarga meskipun sudah dilakukan intervensi dini, maka anak perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan/Puskesmas. Rujukan dilakukan secara berjenjang, apabila Puskesmas belum menerapkan SDIDTK atau tidak mampu menangani kasus tersebut maka harus dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat yang lebih tinggi, misalnya RS tingkat kabupaten, bila tidak dapat ditangani maka dirujuk ke Rumah Sakit tingkat provinsi, tingkat Pusat, dst. Di daerah perkotaan, bisa saja keluarga langsung membawa anaknya ke Rumah Sakit terdekat tanpa melalui kader dan Puskesmas. Perlu diperhatikan dalam memilih Rumah Sakit, pilihlah yang dapat melayani rujukan kasus-kasus tumbuh kembang anak atau yang memiliki Poli Tumbuh Kembang AnaK

Perlu keterampilan, konsistensi dan pengembangan sikap untuk membimbing anak dalam menemukan dirinya sebagai seorang individu. Anak yang memiliki rasa percaya diri tinggi cenderung akan lebih mudah dalam mengidentifikasikan diri dan posisinya di dalam lingkungan keluarga, sosial dan lingkungan sekolah.
Anak pada kelas rendah cenderung masih belum bisa berpikir tentang hal yang abstrak. Pengaruh mental, dalam hal ini mengedepankan perasaan, menjadi hal utama yang menjadi masalah dalam perkembangan pemikirannya. Orang tua berperan penting dalam adaptasi terhadap lingkungan barunya.
Seiring dengan terbiasanya mereka pada lingkungan yang baru, anak mulai mendapatkan tempatnya di dalam kelas. Posisi mereka biasanya terpengaruh dari seberapa besar rasa percaya diri yang mereka punya. Kecepatan adaptasi akan membuat anak cepat dalam berpikir dan mengembangkan kemampuan interaksinya.
Pada kelas tinggi, anak sudah dapat menggunakan logikanya untuk berpikir. Mereka berusaha memecahkan masalah dengan pengetahuan yang sudah mereka miliki sebelumnya. Penguasaan pengetahuan akan berdampak pada kecepatan anak untuk menemukan masalah, berpikir dan memecahkannya. Anak mulai enemukan konsep dirinya untuk berpikir ke depan. Lingkungan kelas akan mempengaruhi perubahan perilaku dan mentalitas dalam bergaul. Posisi dalam kelas adalah hasil dari identifikasi kaasitas mereka dalam interaksi sosial pada tingkat kelasnya. Kepercayaan diri yang tinggi akan membuat mereka memiliki kemampuan untuk mempengaruhi dan menempatkan dirinya pada posisi tawar yang tinggi. Hal ini berguna bagi peningkatan cara pandang dan cara berpiir anak.
Nah, pada masa ini anak memerlukan kepercayaan dari orang-orang di sekitarnya untuk mengembangkan tingkat berpikir anak. Dengan pemberian kepercayaan, maka anak akan merasa dihargai dan berusaha untuk menghargai orang lain dalam interaksi. Tentu saja hal ini akan berdampak langsung pada pembentukan karakter mereka.

FASE PERKEMBANGAN BIOLOGIS
Anak usia dini (sejak lahir hingga 6 tahun) adalah sosok individu makhluk sosial kultural yang sedang mengalami suatu proses perkembangan yang sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya dengan memiliki Sebagai individu, anak usia dini adalah suatu organisme yang merupakan suatu kesatuan jasmani dan rohani yang utuh dengan segala struktur dan perangkat biologis dan psikologisnya sehingga menjadi sosok yang unik. 
Dengan demikian kehidupan manusia terikat kepada kaidah-kaidah prinsip kehidupan biologis lain seperti berkembang biak, mengalami fase pertumbuhan dan perkembangan dalam mencapai tingkat kematangan serta kedewasaan. . Paulo freire, tokoh pendidikan Amerika Latin mengatakan bahwa tujuan akhir dari proses pendidikan adalah memanusiakan manusia (humanisasi), tidak jauh berbeda dengan pandangan diatas M. Arifin berpendapat, bahwa proses pendidikan pada akhirnya.
Pada setiap tahap kehamilan, seorang ibu hamil membutuhkan makanan dengan kandungan zat-zat gizi yang berbeda dan disesuaikan dengan kondisi tubuh dan perkembangan janin. Masa kehamilan ibu dibagi dalam tiga tahapan atau trimester. Vitamin, dibutuhkan untuk memperlancar proses biologis yang berlangsung dalam tubuh ibu dan janin. Misalnya, vitamin A diperlukan untuk pertumbuhan, vitamin B1 dan B2 sebagai penghasil energi, vitamin B6 sebagai pengatur pemakaian protein.
Jean Piaget (seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980) dikenal dengan teori perkembangan intelektual yg menyeluruh, yg mencerminkan adanya kekuatan antara fungsi biologi & psikologis. Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan
Pendapat para ahli biologi tentang arti pertumbuhan dan perkembangan pernah dirangkumkan oleh Drs. H. M. Arifin, M. Ed. bahwa pertumbuhan diartikan sebagai suatu penambahan dalam ukuran bentuk, berat atau ukuran dimensif tubuh serta bagian- bagiannya. Sedangakn perkembangan menunjuk Pada saat ini para ahli tidak lagi berpendapat bahwa perubahan-perubahan akan berakhir pada fase ini. Mereka mengatakan bahwa perkembangan merupakan proses yang terjadi sepanjang hayat. 
Proses-proses biologi akan berjalan lebih lambat setelah sekitar 20 tahun.Ciri-ciri ini adalah permulaan dari fase ketiga (fase dewasa). Fase Dewasa. Setelah pohon-pohon pionir awal mencapai tinggi maksimumnya, mereka akan mati satu per 
Periodisasi atau pembagian masa-masa perkembangan ini didasarkan kepada keadaan atau proses biologis tertentu. Pembagian Aristoteles didasarkan atas gejala pertumbuhan jasmani yaitu antara fase satu dan fase kedua dibatasi oleh
Pada intinya Lewin berpendapat perkembangan di samping merupakan proses deferensiasi juga merupakan proses stratifikasi. Struktur pribadi manusia digambarkan terdiri dari lapisan-lapisan, dan makin besar akan makin tinggi perkembangganya, bertambah pula Satu-satunya struktur mental yang ada sejak lahir adalah id, yang merupakan dorongan biologis dan berada dalam ketidaksadaran. Id beroperasi menurut prinsip kenikmatan (pleasure principle) dan mencari kepuasan segera.
Mengapa kita mesti mempelajari perkembangan anak?. Karena masa kanak-kanak adalah fase yang penting dalam kehidupan manusia. Namun di abad pertengahan, hokum biasanya tidak membedakan mana kejahatan anak dan dewasa, dan anak-anak Proses biologis adalah perubahan dalam tubuh anak. Warisan genetic memainkan peran penting. Proses biologis melandasi perkembangan otak, barat dan tinggi badan, perubahan dalam kemampuan bergerak, dan perubahan hormonal di masa puber. 
Yang dimaksud dengan fase berdasarkan biologis adalah : para ahli mendasarkan bahasanya pada kondisi atau proses pertumbuhan biologis anak. Yang termasuk kelompok ini antara lain : a. Menurut Kretschmer, bahwa perkembangan anak terbagi.


Adaptasi Anak Penting, tapi Jangan Stres
SETIAP anak punya daya adaptasi berbeda-beda terhadap lingkungan sekitar. Jangan dipaksakan jika tak ingin berbuah stres. Adaptasi atau penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan jiwa atau mental individu.
Dalam ensiklopedi online Kids.Net.Au adaptasi diartikan sebagai proses penyesuaian diri terhadap sesuatu hal, termasuk kondisi lingkungan. Sementara psikolog asal Amerika, Davidoff, memaknai adaptasi (adjusment) sebagai suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri sendiri dan tuntutan lingkungan.
Ya, manusia dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, kejiwaan, dan lingkungan alam sekitarnya. Kehidupan itu sendiri secara alamiah juga mendorong manusia untuk terus-menerus menyesuaikan diri.
Terkait dengan penyesuaian diri anak, ada anak-anak yang mudah menyesuaikan diri dengan setiap situasi baru yang dihadapinya. Namun, ada pula yang memerlukan waktu lebih lama untuk mengenal dan membiasakan diri dengan situasi atau lingkungan yang baru atau masih asing baginya.
Pada dasarnya, penyesuaian diri melibatkan individu dengan lingkungannya, baik lingkungan keluarga, teman sebaya, maupun lingkungan sekolah. Anak-anak memiliki kepribadian yang berbeda satu dengan lainnya.
Begitu juga halnya dalam penyesuaian diri dengan lingkungan. Namun yang pasti, cepat atau lambat, semua anak harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang akan dijumpainya tiap-tiap hari. Karena itu, anak sangat membutuhkan perhatian dan pengertian orangtua atau orang-orang terdekatnya untuk bisa memahami situasi dan kondisi yang sedang dihadapinya.
Dengan begitu, dapat mendorongnya untuk cepat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Cepat dan tidaknya si anak menyesuaikan diri terkait dengan kematangan kemampuan komunikatif dan bahasanya.
Anak-anak yang tidak atau kurang menguasai bahasa biasanya lebih sukar untuk menyesuaikan diri. Menurut psikolog anak dari Medicare Clinic, Anna Surti Ariani, aspek temperamen atau karakter kepribadian si anak juga berpengaruh besar terhadap kemampuan adaptasi.
Ada anak-anak yang tergolong slow to adapt child (memerlukan waktu lebih lama untuk mempelajari situasi baru), tapi ada pula yang easy going dan bisa cepat akrab dengan lingkungan barunya. "Anak-anak yang 'lambat panas' biasanya memang butuh waktu lebih lama untuk masuk ke lingkungan yang baru. Tapi kalau sudah bisa dan biasa, dia akan merasa nyaman," sebutnya. 
Anak yang lambat beradaptasi sebaiknya sering diajak bergaul dan dibimbing orangtuanya tentang bagaimana cara memulai berinteraksi dengan orang lain.
Jika si anak terus dilatih, lama-kelamaan anak akan menemukan sendiri formula yang terbaik baginya untuk beradaptasi. Karena itu orangtua berperan penting dalam menciptakan lingkungan kondusif yang dapat membuat anak berani mencoba sesuatu. Akan tetapi, Anna mengingatkan agar orangtua tidak memaksakan anak untuk mahir beradaptasi.
"Anak yang lambat beradaptasi kalau dipaksa-paksa malah akan tambah merasa tidak nyaman," katanya. Dia menambahkan, lingkungan yang baru bisa membuat anak merasa asing. Sebab itu, jika hendak mengajak anak berlibur di rumah saudara di pedesaan di luar kota misalnya, orangtua dianjurkan memberi penjelasan terlebih dahulu tentang kondisi tempat yang akan dituju.
Dengan begitu anak tidak kaget dengan situasi lingkungan yang berbeda dari sehari-harinya di rumah. "Bila perlu, lakukan stimulasi dengan bermain peran atau bermain 'pura-pura'. Misalnya sebelum melakukan perjalanan yang sesungguhnya dengan kereta api, ajak anak berkeliling dengan kereta api yang trayeknya hanya di dalam kota," saran Anna.
Di samping rasa tidak nyaman, akibat lainnya yang akan terjadi manakala orangtua memaksa anak cepat beradaptasi adalah rasa stres. Apalagi anak usia 0-6 tahun yang umumnya masih harus distimulasi perkembangan emosinya. Lingkup sosialnya juga masih sangat terbatas sehingga guru dan orangtua menjadi orang terdekat di luar pengasuhnya.
"Jika karakter orang terdekat ini membuat anak tidak nyaman, si anak pun pasti akan terganggu atau dapat timbul stres," sebut konsultan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Lely Tobing. Selanjutnya, penyesuaian diri meliputi dua aspek, yaitu penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial.
Penyesuaian pribadi merupakan kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dan lingkungan sekitarnya. Hal ini membuat anak menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak objektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut.
Sementara itu, penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum.



Pengembangan Kreativitas Anak Melalui Pembelajaran Kelompok Bermain
Anggapan bahwa pendidikan baru bisa dimulai setelah usia sekolah dasar yaitu usia tujuh tahun ternyata tidaklah benar. Bahkan pendidikan yang dimulai pada usia TK (4 – 6 tahun) pun sebenarnya sudah terlambat. Hasil penelitian di bidang neurologi yang dilakukan Benyamin S. Bloom, seorang ahli pendidikan dari Universitas Chicago, Amerika Serikat (Diktentis, 2003: 1), mengemukakan bahwa pertumbuhan sel jaringan otak pada anak usia 0 – 4 tahun mencapai 50%, hingga usia 8 tahun mencapai 80%. Artinya bila pada usia tersebut otak anak tidak mendapatkan rangsangan yang maksimal maka otak anak tidak akan berkembang secara optimal. Pada dasawarsa kedua yaitu usia 18 tahun perkembangan jaringan otak telah mencapai 100%. Oleh sebab itu masa kanak-kanak dari usia 0 – 8 tahun disebut masa emas (Golden Age) yang hanya terjadi satu kali dalam perkembangan kehidupan manusia sehingga sangatlah penting untuk merangsang pertumbuhan otak anak dengan memberikan perhatian terhadap kesehatan anak, penyediaan gizi yang cukup, dan pelayanan pendidikan.
Data memperlihatkan bahwa layanan pendidikan anak usia dini di Indonesia masih termasuk sangat memprihatinkan. Sampai dengan tahun 2001 (Jalal, 2003: 20) jumlah anak usia 0 – 6 tahun di Indonesia yang telah mendapatkan layanan pendidikan baru sekitar 28% (7.347.240 anak). Khusus untuk anak usia 4 – 6 tahun, masih terdapat sekitar 10,2 juta (83,8%) yang belum mendapatkan layanan pendidikan. Masih banyaknya jumlah anak usia dini yang belum mendapatkan layanan pendidikan tersebut disebabkan terbatasnya jumlah lembaga yang memberikan layanan pendidikan bagi anak usia dini.
Layanan pendidikan kepada anak-anak usia dini merupakan dasar yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak selanjutnya hingga dewasa. Hal ini diperkuat oleh Hurlock (1991: 27) bahwa tahun-tahun awal kehidupan anak merupakan dasar yang cenderung bertahan dan mempengaruhi sikap dan perilaku anak sepanjang hidupnya.
Kreativitas merupakan salah satu potensi yang dimiliki anak yang perlu dikembangkan sejak usia dini. Setiap anak memiliki bakat kreatif dan ditinjau dari segi pendidikan, bakat kreatif dapat dikembangkan dan karena itu perlu dipupuk sejak dini. Bila bakat kreatif anak tidak dipupuk maka bakat tersebut tidak akan berkembang, bahkan menjadi bakat yang terpendam yang tidak dapat diwujudkan.
Melalui proses pembelajaran dengan kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak yaitu melalui bermain, diharapkan dapat merangsang dan memupuk kreativitas anak sesuai dengan potensi yang dimilikinya untuk pengembangan diri sejak usia dini. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Mulyasa (2005: 164) bahwa: “Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar”.
Dalam proses pembelajaran di kelompok bermain, kreativitas anak dirangsang dan dieksplorasi melalui kegiatan bermain sambil belajar sebab bermain merupakan sifat alami anak. Diungkapkan oleh Munandar (2004: 94) bahwa penelitian menunjukkan hubungan yang erat antara sikap bermain dan kreativitas. Namun, jelas Froebel (Patmonodewo, 2003: 7), bermain tanpa bimbingan dan arahan serta perencanaan lingkungan di mana anak belajar akan membawa anak pada cara belajar yang salah atau proses belajar tidak akan terjadi. Ia mengisyaratkan bahwa dalam proses pembelajaran, pendidik bertanggung jawab dalam membimbing dan mengarahkan anak agar menjadi kreatif.
1. Pembelajaran Bagi Anak Usia Dini
Berdasarkan definisi Konsensus Knowles dalam Mappa (1994: 12) pembelajaran merupakan suatu proses di dalam mana perilaku diubah, dibenarkan atau dikendalikan. Sementara itu Abdulhak (2000: 25) menjelaskan bahwa proses pembelajaran adalah interaksi edukatif antara peserta didik dengan komponen-komponen pembelajaran lainnya. Pembelajaran di kelompok bermain jelas sangat berbeda dengan di sekolah, dimana pembelajaran dilakukan dalam suasana bermain yang menyenangkan.
Anak-anak usia dini dapat saja diberikan materi pelajaran, diajari membaca, menulis, dan berhitung. Bahkan bukan hanya itu saja, mereka bisa saja diajari tentang sejarah, geografi, dan lain-lainnya. Jerome Bruner menyatakan, setiap materi dapat diajarkan kepada setiap kelompok umur dengan cara-cara yang sesuai dengan perkembangannya. Kuncinya adalah pada permainan atau bermain (Supriadi, 2002: 40). Permainan atau bermain adalah kata kunci pada pendidikan anak usia dini. Ia sebagai media sekaligus sebagai substansi pendidikan itu sendiri. Dunia anak adalah dunia bermain, dan belajar dilakukan dengan atau sambil bermain yang melibatkan semua indra anak.
Supriadi (2002: 40) menjelaskan bahwa Bruner dan Donalson dari telaahnya menemukan bahwa sebagian pembelajaran terpenting dalam kehidupan diperoleh dari masa kanak-kanak yang paling awal, dan pembelajaran itu sebagian besar diperoleh dari bermain. Bermain bagi anak adalah kegiatan yang serius tetapi menyenangkan. Menurut Conny R. Semiawan (Jalal, 2002: 16) melalui bermain, semua aspek perkembangan anak dapat ditingkatkan. Dengan bermain secara bebas anak dapat berekspresi dan bereksplorasi untuk memperkuat hal-hal yang sudah diketahui dan menemukan hal-hal baru. Melalui permainan, anak-anak juga dapat mengembangkan semua potensinya secara optimal, baik potensi fisik maupun mental intelektual dan spiritual. Oleh karena itu, bermain bagi anak usia dini merupakan jembatan bagi berkembangnya semua aspek.
2. Konsep Kreativitas
Supriadi (2001: 7) menyimpulkan bahwa pada intinya kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.
Keberhasilan kreativitas menurut Amabile (Munandar, 2004: 77) adalah persimpangan (intersection) antara keterampilan anak dalam bidang tertentu (domain skills), keterampilan berpikir dan bekerja kreatif, dan motivasi intrinsik. Persimpangan kreativitas tersebut – yang disebut dengan teori persimpangan kreativitas (creativity intersection)
Ciri-ciri kreativitas dapat ditinjau dari dua aspek yaitu:
a. Aspek Kognitif. Ciri-ciri kreativitas yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kreatif//divergen (ciri-ciri aptitude) yaitu:
(1) keterampilan berpikir lancar (fluency);
(2) keterampilan berpikir luwes/fleksibel (flexibility);
(3) keterampilan berpikir orisinal (originality);
(4) keterampilan memperinci (elaboration); dan
(5) keterampilan menilai (evaluation). Makin kreatif seseorang, ciri-ciri tersebut makin dimiliki. (Williams dalam Munandar, 1999: 88)
b. Aspek Afektif. Ciri-ciri kreativitas yang lebih berkaitan dengan sikap dan perasaan seseorang (ciri-ciri non-aptitude) yaitu:
(a) rasa ingin tahu;
(b) bersifat imajinatif/fantasi;
(c) merasa tertantang oleh kemajemukan;
(d) sifat berani mengambil resiko;
(e) sifat menghargai;
(f) percaya diri;
(g) keterbukaan terhadap pengalaman baru; dan
(h) menonjol dalam salah satu bidang seni (Williams & Munandar, 1999).

Torrance dalam Supriadi (Adhipura, 2001: 47) mengemukakan tentang lima bentuk interaksi guru dan siswa di kelas yang dianggap mampu mengembangkan kecakapan kreatif siswa, yaitu:
(1) menghormati pertanyaan yang tidak biasa;
(2) menghormati gagasan yang tidak biasa serta imajinatif dari siswa;
(3) memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar atas prakarsa sendiri;
(4) memberi penghargaan kepada siswa; dan
(5) meluangkan waktu bagi siswa untuk belajar dan bersibuk diri tanpa suasana penilaian.

Hurlock pun (1999: 11) mengemukakan beberapa faktor pendorong yang dapat meningkatkan kreativitas, yaitu:
(1) waktu,
(2) kesempatan menyendiri,
(3) dorongan,
(4) sarana,
(5) lingkungan yang merangsang,
(6) hubungan anak-orangtua yang tidak posesif,
(7) cara mendidik anak,
(8) kesempatan untuk memperoleh pengetahuan.

Amabile (Munandar, 2004: 223) mengemukakan empat cara yang dapat mematikan kreativitas yaitu evaluasi, hadiah, persaingan/kompetisi antara anak, dan lingkungan yang membatasi. Sementara menurut Torrance dalam Arieti yaitu:
(1) usaha terlalu dini untuk mengeliminasi fantasi;
(2) pembatasan terhadap rasa ingin tahu anak;
(3) terlalu menekankan peran berdasarkan perbedaan seksual;
(4) terlalu banyak melarang;
(5) takut dan malu;
(6) penekanan yang salah kaprah terhadap keterampilan verbal tertentu; dan
(7) memberikan kritik yang bersifat destruktif (Adhipura, 2001: 46).

Ciri-Ciri Masa Awal Kanak-Kanak
Dalam setiap tahap perkembangan ada ciri-ciri khusus yang ada pada setiap tahap perkembangan, begitu juga pada saat masa kanak-kanak awal ditandai dengan ciri-ciri tertentu, menurut Hurlock (1980:108) ciri itu tercermin dalam sebutan yang biasa diberikan oleh para orang tua, pendidik, da ahli psikologi: a) Sebutan Yang Digunakan Orang Tua. Ada beberapa sebutan untuk menggambarkan masa kanak-kanan, sebutan tersbeut berkisar tentang perilaku dan aktivitas yang dilakukan anak-anak, pada sebagian besar orang tua menganggap awal masa pada kanak-kanak sebagai usia yang mengundang masalah atau usia sulit. Masa kanak-kanak merupakan masa-masa yang sulit bagi orang tua karena pada masa kanak-kanak awal ialah karena anak-anak sedang mengembangkan kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan yang pada umumnya kurang berhasil. Selain itu pada sebagian orang tua juga menganggap usia awal kanak-kanak sebagai usia mainan karena anak mudah menghabiskan sebagian besar waktu juga bermain dengan mainannya. b) Sebutan Yang  digunakan Para Pendidik. Sedangkan para pendidik menyebut usia awal kanak-kanak sebagai usia prasekolah, usia pra sekolah adalah usia yang belum memasuki usia sekolah atau masih berada di taman kanak-kanak, kelompok bermain, atau penitipan anak-anak. c) Sebutan Yang Digunakan Ahli Psikologi. Para ahli psikologi menggunakan sejumlah sebutan yang berbeda untuk menguraikan ciri-ciri yang menonjol dari perkembangan psikologis anak selama tahun awal masa kanak-kanak.
Salah satu sebutan yang banyak digunakan adalah usia kelompok, masa di mana anak-anak mempelajari dasar-dasar prilaku sosial sebagai persiapan bagi kehidupan sosial yang lebih tinggi yang diperlukan untuk penyesuaian diri pada waktu mereka masuk kelas satu. Karena perkembangan utama yang terjadi selama awal masa kanak-kanak berkisar diseputar penguasaan dan pengendalian lingkungan, banyak ahli psikologi yang melabelkan awal masa kanak-kanak sebagai usia menjelajah, sebuah label yang menunjukkan anak ingin mngetahui keadaan lingkungannya, bagaimana mekanismenya, bagaimana perasaannya dan bagaimana ia dapat menjadi bagian dari lingkungannya, ini termasuk manusia dan benda mati. Salah satu cara yang umum dalam menjelajah lingkungan adalah dengan bertanya, jadi periode ini adalah meniru pembicaraan dan perilaku orang lain, oleh karena itu periode ini juga disebut usia meniru. Namun kecenderungan ini nampak kuat tetapi anak lebih menunjukkan kreativitas dalam bermain selama masa kanak-kanak dibandingkan masa-masa lain dalam kehidupannya, dengan alasan ini para ahli psikologi juga menamakan periode ini sebagai usia kreatif.
Menurut Yusuf (2002) pada masa usia prasekolah ini dapat diperinci menjadi dua masa, yaitu masa vital dan masa estetik; a) Masa Vital. Pada masa ini, individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya. Untuk masa belajar, Freud menamakan tahun pertama dalam kehidupan individu itu sebagai masa oral (mulut), karena mulut dipandang sebagai sumber kenikmatan anak memasukkan apa saja yang dijumpai ke dalam mulutnya itu, tidaklah karena mulut sumber kenikmatan utama, tetapi karena waktu itu mulut merupakan alat untuk melakukan eksplorasi (penelitian) dan belajar. b) Masa Estetik. Pada masa ini dianggap sebagai masa perkembangan rasa keindahan. Kata estetik di sini dalam arti bahwa pada masa ini, perkembangan anak yang terutama adalah fungsi panca inderanya. Kegiatan eksploitasi dan belajar anak terutama menggunakan panca inderanya, pada masa ini, indera masih peka, karena itu Montessori menciptakan bermacam-macam alat permainan untuk melatih panca inderanya.

Tidak ada komentar: