Kamis, 23 Februari 2012

Kisah Empat Lilin

Ada 4 lilin yang menyala,
Sedikit demi sedikit habis meleleh


Suasana begitu sunyi sehingga terdengarlah percakapan mereka 
Yang pertama berkata:
Aku adalah Damai
Namun manusia tak mampu menjagaku: maka lebih baik aku mematikan diriku saja!”


Yang kedua berkata:
Aku adalah Iman
Sayang aku tak berguna lagi.
Manusia tak mau mengenalku,
Jadi tak ada lagi gunanya aku tetap menyala.”

Aku adalah Cinta
Aku tak mampu lagi untuk tetap menyala.
Manusia tidak lagi memandang dan mengganggapku berguna.
Mereka saling membenci, bahkan membenci mereka yang mencintainya, membenci keluarganya.”
 
Tanpa terduga...
Seorang anak kecil masuk ke dalam kamar, dan melihat ketiga Lilin telah padam.
Karena takut akan kegelapan itu, ia berkata:
“Eh apa yang terjadi?!
Kalian harus tetap menyala, Aku takut akan kegelapan!”
Lalu ia menangis tersedu-sedu.

Lalu dengan terharu Lilin keempat berkata:
“Jangan takut,
Janganlah menangis,
selama aku masih ada dan menyala, kita tetap dapat selalu menyalakan ketiga Lilin lainnya:
Akulah

HARAPAN”

Dengan mata bersinar, sang anak mengambil Lilin Harapan, lalu menyalakan kembali ketiga Lilin lainnya.

Apa yang tidak pernah mati hanyalah HARAPAN yang ada dalam hati kita....

...dan masing-masing kita adalah alat, seperti anak kecil tersebut, yang dalam situasi apapun mampu menghidupkan kembali budaya sekolah yang penuh Iman, Damai, Cinta dan Harapan
 
 Setiap orang diantara kita
dipanggil untuk menjadi
garam dan terang dunia..

Tugas kita
adalah tetap memberi
cahaya, sekecil apapun
dengan memberikan
teladan hidup
dalam segala hal

 

11 NOVEMBER

Dengan sekutum mawar di gengamanku
Aku melangkah menuju sebuah pamakaman
Di sana dia istirahat dengan hati damai
Tak ada lagi duka di hatinya semua tlah berlalu

Aku persembahkan mawar ini untukmu
Air mata ini ku persembahkan untukmu
Mengapa secepat itu kau pergi meninggalkanku
Kau tegah meninggalkan aku sendirian 

Ku usap air mata ini
Ku coba untuk tegar

Tangisanku di senja itu tersentak 
Tiba-tiba aku mendengarkan sebuah suara
Dia menyebut namaku terus menerus
Tapi suara itu entah dari mana asalnya

Semakin lama suara itu semakin jauh
Aku beranjak dari tempatku kulangkahkan kaki ini
Mencari dimana sumber suara berada
Semakin jauh aku melangkah seakan aku di khayalan

Lalu tersadarkan aku dari lamunanku
Suara itu hilang lenyap ditelan malam itu
Gemurun angin bertiup di sertai hujan yang lebat
Aku berlari di sebuat tempat untuk berlindung



copyright keken